Minna No Nihongo Tingkat Menengah 1 Bab 1
bcnrfriends.blogspot.com
Rabu, 12 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
Korean (Resume)
Bagi kamu-kamu yang sedang mempelajari Bahasa Korea, berikut ini adalah slide rangkuman dari semua post yang sudah dipublish sebelumnya.
HANGEUL
KOREAN GRAMMAR POINT (PEMULA BAB 1 S.D. BAB 8)
HANGEUL
KOREAN GRAMMAR POINT (PEMULA BAB 1 S.D. BAB 8)
Uji Distribusi Normal
Excel file will be sent to your email by request :D
Senin, 04 Juni 2012
Aktiva tetap
AKTIVA TETAP
Aktiva tetap
adalah suatu aktiva yang dimiliki suatu perusahaan/perorangan untuk digunakan
dalam kegiatan operasional perusahaan setiap hari dengan masa manfaat lebih
dari satu tahun dan tidak untuk dijual.
Harga
perolehan aktiva tetap adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
aktiva tersebut sampai siap untuk digunakan.
Contoh:
untuk memperoleh aktiva tetap berupa tanah, perusahaan mengeluarkan uang (harga
beli), biaya pembuatan akta tanah, biaya perantara. Semua biaya tersebut
dijumlahkan dan hasilnya diakui sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Cara
perolehan aktiva tetap, antara lain:
1.
Pembelian secara tunai
2.
Pembelian secara gabungan
3.
Pembelian dengan pembayaran angsuran
4.
Pembelian dengan penerbitan saham
5.
Pembelian dengan membangun sendiri
6.
Perolehan aktiva tetap dengan donasi
7.
Pertukaran aktiva, terdiri dari beberapa jenis:
a.
Pertukaran tidak sejenis
b.
Pertukaran sejenis situasi rugi
c.
Pertukaran sejenis situasi laba, terdiri dari
dua kondisi:
(1)
tidak ada kas diakui/laba ditangguhkan
(2)
ada sebagian laba diakui
Pembelian
secara tunai
Misalkan
harga pembelian tanah adalah sebesar Rp. 1.000.000.000.
Jurnal:
Tanah 1.000.000.000
Kas 1.000.000.000
Pembelian
secara gabungan
Harga
perolehan aktiva adalah sebesar % harga pasar dikalikan harga pembelian aktiva
total.
Contoh: PT A
ingin membeli seluruh aktiva PT B di mana aktiva yang dimiliki terdiri dari
tanah, bangunan, dan peralatan. Total harga beli keseluruhan adalah Rp.
180.000.000. PT A melalkukan konsultasi terhadap pihak ahli terhadap aktiva
tersebut dan disepakati harga pasar tanah Rp 100.000.000, harga pasar bangunan
Rp. 60.000.000, dan harga pasar peralatan adalah Rp. 40.000.000.
Perhitungan:
Total harga
pasar = 100.000.000 + 60.000.000 + 40.000.000 = 200.000.000
% harga
pasar aktiva A = (harga pasar aktiva A/total harga pasar keseluruhan aktiva) x
100%
% harga
pasar tanah = (100.000.000/200.000.000)
x 100% = 50%
% harga
pasar bangunan = (60.000.000/200.000.000) x 100% = 30%
% harga
pasar peralatan = (40.000.000/200.000.000) x 100% = 20%
Harga
perolehan aktiva A = % harga pasar aktiva A x total harga perolehan keseluruhan
aktiva
Harga
perolehan tanah = 50% x 180.000.000 = 90.000.000
Harga
perolehan bangunan = 30% x 180.000.000 = 54.000.000
Harga
perolehan peralatan = 20% x 180.000.000 = 36.000.000
Jurnal:
Tanah 90.000.000
Bangunan 54.000.000
Peralatan 36.000.000
Kas 180.000.000
Pembelian dengan angsuran
Harga perolehan = nilai sekarang
(PV)
Jika nilai nominal lebih besar
daripada nilai sekarang >> diskonto utang
Contoh:
Pada awal tahun 2005, PT X
membeli mesin secara kredit di mana nilai nominal wesel bayar yang disepakati
adalah Rp. 100.000.000 untuk 5 tahun. Wesel bayar tersebut tidak berbunga. PT X
membayar secara angsuran sebesar Rp. 20.000.000 setiap akhir tahun di mana
bunga yang berlaku di pasar 10%/tahun.
Perhitungan nilai sekarang wesel
PVF-A = (1-(1/(1+i)^n))/i
PVF-A = (1-(1/(1+0,1)^5)/0,1
Perhitungan diskonto utang
Harga perolehan = nilai sekarang
Pembelian dengan menerbitkan
saham
Harga perolehan aktiva diakui
sebesar harga pasar saham.
Contoh:
PT A membeli tanah dari PT B
dengan memberikan saham sebanyak 10.000 lembar dengan nilai nominal Rp. 10.000
per lembar. Harga pasar saham adalah Rp. 15.000 per lembar.
Jurnal:
Tanah 150.000.000
(10.000 lembar x Rp. 15.000/lembar)
Saham
biasa 100.000.000
(10.000 lembar x Rp. 10.000/lembar)
Agio
saham 50.000.000
Perolehan dengan membangun
sendiri
Beberapa alasan perusahaan
membangun sendiri aktiva tetapnya adalah:
1.
Harga lebih murah
2.
Model yang diinginkan tidak tersedia di pasar
3.
Sudah memiliki bahan baku sendiri
Harga perolehan = nilai terendah
antara harga pasar dengan biaya yang dikeluarkan
Contoh 1:
PT A membangun sebuah bangunan
dengan biaya Rp. 100.000.000. Harga pasar bangunan tersebut adalah Rp.
120.000.000.
Jurnal:
Bangunan 100.000.000
Kas 100.000.000
Contoh 2:
PT A membangun sebuah bangunan
dengan biaya Rp 100.000.000. Harga pasar bangunan tersebut adlaah Rp
80.000.000.
Jurnal:
Bangunan 80.000.000
Kerugian membangun sendiri 20.000.000
Kas 100.000.000
Contoh 3:
Untuk membangun sebuah
bangunan diperlukan modal Rp. 500.000.000. PT A membangun bangunan dengan modal
sendiri sebesar Rp 300.000.000 dan modal pinjaman sebesar 200.000.000 (bungan
10%/tahun). Bangunan akan selesai dalam jangka waktu 5 tahun.
Bangunan akan diakui pada akhir tahun ke-5
Harga perolehan =
300.000.000 + 200.000 + 5 x 10% x 200.000.000 = 600.000.000
Jurnal:
Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000
Perolehan aktiva
dengan donasi
Harga perolehan = harga
pasar
Contoh:
Pemerintah mendonasikan
peralatan kepada PT A. Harga pokok peralatan yang dicatat oleh pemerintah
adalah sebesar Rp 100.000.000. Harga pasar peralatan tersebut adalah Rp.
150.000.000.
Jurnal PT A:
Peralatan 150.000.000
Modal
donasi 150.000.000
Jurnal pemerintah:
Beban donasi 150.000.000
Keuntungan
pelepasan aktiva 50.000.000
Peralatan 100.000.000
Jika ada biaya yang dikeluarkan
untuk menerima bantuan dari pemerintah tersebut (misalkan mengurus akte izin
sebesar Rp. 10.000.000)
Jurnal:
Modal donasi 10.000.000
Kas 10.000.000
Perolehan aktiva melalui
pertukaran tidak sejenis
A. Tidak ada kas yang diterima
Harga perolehan aktiva =
1.
Berapa besar harga pasar aktiva yang diserahkan,
dan
2.
Uang tunai yang diberikan
Dalam kasus
ini, ada untung/rugi yang diakui.
Contoh:
PT X
menukarkan sejumlah truk bekasnya ditambah kas
untuk memperoleh tanah kosong sebagai tempat untuk mendirikan pabrik
barunya di mana truk memiliki nilai buku gabungan Rp. 50.000.000. Harga
perolehan truk adalah Rp. 64.000.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 22.000.000.
Pada saat dilakukan pertukaran diketahui harga pasar truk yang diserahkan
adalah Rp 49.000.000. Pada saat diperoleh tanah, PT X juga menyerahkan uang
tunai sebesar Rp 17.000.000.
Perhitungan harga perolehan
Harga
perolehan = Harga pasar truk + kas yang dikeluarkan
=
49.000.000 + 17.000.000
= 66.000.000
Perhitungan untung pertukaran
Harga pasar
truk 49.000.000
Nilai
buku truk
Harga
perolehan truk 64.000.000
Akumulasi
penyusutan (22.000.000) (42.000.000)
Untung 7.000.000
Jurnal:
Tanah 66.000.000
Akumulasi
penyusutan truk 22.000.000
Truk 64.000.000
Kas 17.000.000
Keuntungan pertukaran aktiva 7.000.000
Pada contoh
sebelumnya, seandainya harga pasar truk
adalah Rp 35.000.000, maka:
Perhitungan harga perolehan aktiva tetap
Harga
perolehan aktiva tetap = Harga pasar aktiva tetap + kas yang dikeluarkan
=
35.000.000 + 17.000.000
=
52.000.000
Perhitungan kerugian pertukaran
Harga pasar
truk 35.000.000
Nilai
buku truk
Harga
perolehan truk 64.000.000
Akumulasi
penyusutan (22.000.000) (42.000.000)
Kerugian 7.000.000
Jurnal:
Tanah 52.000.000
Akumulasi
penyusutan truk 22.000.000
Kerugian
pertukaran aktiva 7.000.000
Truk 64.000.000
Kas 17.000.000
B. Ada kas
yang diterima
Harga
perolehan = Harga pasar – kas yang diterima
Contoh:
PT X
melakukan pertukaran truk dengan tanah di mana PT X justru menerima sejumlah
uang tunai sebesar RP. 15.000.000 dari pemilik tanah. Harga pasar truk yang
ditukarkan adalah Rp. 49.000.000. Harga perolehan truk Rp. 64.000.000 dan
akumulasi penyusutan Rp. 22.000.000.
Perhitungan harga perolehan:
Harga
perolehan = harga pasar – kas yang diterima
= 49.000.000 –
15.000.000
= 34.000.000
Perhitungan keuntungan pertukaran aktiva
Harga pasar
truk 49.000.000
Nilai buku
truk
Harga
perolehan truk 64.000.000
Akumulasi
penyusutan truk (22.000.000) (42.000.000)
Keuntungan 7.000.000
Jurnal:
Tanah 34.000.000
Akumulasi
penyusutan truk 22.000.000
Kas 15.000.000
Truk 64.000.000
Keuntungan pertukaran aktiva 7.000.000
Pertukaran
aktiva sejenis situasi rugi
Harga
perolehan = harga pasar aktiva + kas yang diberikan
Contoh:
PT X
melakukan pertukaran aktiva tetap (komputer bekas) dengan komputer baru di mana
harga perolehan komputer bekas 20 juta dan akumulasi penyusutan komputer bekas
tersebut adalah 6 juta. Setelah dilakukan konsultasi dengan ahli komputer
tersebut, ditetapkan harga pasar komputer bekas 10 juta sedangkan komputer baru
yang terdapat di toko berdasarkan harga katalognya sebesar 25 juta. Dengan tawar
menawar antara pemilik toko dengan PT X, komputer bekas PT X dihargai 13 juta.
Perhitungan harga perolehan aktiva
Harga pasar
komputer bekas 10.000.000
Harga katalog komputer baru 25.000.000
Harga jual komputer bekas (13.000.000)
Kas yang dikeluarkan 12.000.000
Harga
Perolehan 22.000.000
Perhitungan kerugian
Harga pasar
komputer bekas 10.000.000
Harga perolehan komp. Bekas 20.000.000
Akumulasi penyusutan (6.000.000)
Nilai buku harga perolehan komp.
Bekas (14.000.000)
Kerugian 4.000.000
Jurnal:
Komputer baru 22.000.000
Akumulasi
penyusutan komputer bekas 6.000.000
Kerugian
pertukaran aktiva 4.000.000
Komputer bekas 20.000.000
Kas 12.000.000
Pertukaran
aktiva sejenis situasi laba (laba ditangguhkan)
Harga
perolehan aktiva = harga pasar aktiva yang diterima – adanya laba yang
ditangguhkan
Nilai
Contoh:
Tuan A
memiliki sejumlah mobil untuk disewakan dan berniat untuk menukarkan mobil
tersebut dengan mobil baru milik Tuan B. Harga pasar mobil lama Rp.
1.000.000.000 dengan nilai buku Rp. 720.000.000. Harga perolehan mobil lama
tersebut adalah Rp. 900.000.000. Akumulasi penyusutan Rp. 180.000.000. Harga
pasar mobil baru adalah Rp. 1.200.000.000. Sehingga, Tuan A akan memberikan kas
sebesar Rp. 200.000.000.
Perhitungan keuntungan yang diperoleh
Harga pasar
mobil lama 1.000.000.000
Nilai buku
mobil lama (720.000.000)
Laba yang
ditangguhkan 280.000.000
Perhitungan harga perolehan
Harga pasar
mobil baru 1.200.000.000
Laba yang
ditangguhkan (280.000.000)
Harga
perolehan 920.000.000
Atau,
Nilai buku
mobil lama 720.000.000
Kas yang
diberikan 200.000.000
Harga
perolehan 920.000.000
Jurnal:
Mobil baru 920.000.000
Akumulasi
penyusutan mobil lama 180.000.000
Mobil lama 900.000.000
Kas 200.000.000
Pertukaran
aktiva sejenis situasi laba (sebagian laba diakui)
Bagi Tuan B,
Laba yang
diakui = (kas yang diterima/(kas yang diterima+harga pasar mobil yang
diterima)) x total lana
Harga
perolehan aktiva yang diterima
= harga
pasar aktiva yang diterima – keuntungan yang ditangguhkan
= nilai buku
mobil milik Tuan B – proporsi nilai jual aktiva
Proporsi
nilai aktiva yang dijual = (kas yang diterima/harga pasar aktiva (mobil B)) x
Nilai buku aktiva
Contoh:
Dari soal
sebelumnya, diketahui bahwa harga pasar mobil B milik Tuan B adalah Rp.
1.200.000.000 di mana harga perolehannya adalah Rp. 1.150.000.000 dan akumulasi
penyusutannya Rp 250.000.000.
Perhitungan total laba
Harga pasar
mobil B 1.200.000.000
Nilai buku
mobil B (900.000.000)
Total laba 300.000.000
Maka, laba yang diakui adalah:
Laba yang
diakui = (200.000.000/(200.000.000 + 1.000.000.000)) x 300.000.000
= 50.000.000
Laba yang
tidak diakui = 300.000.000 – 50.000.000 =
250.000.000
Perhitungan harga perolehan
Harga
perolehan mobil A = harga pasar mobil A – keuntungan yang ditangguhkan
=
1.000.000.000 – 250.000.000
=
750.000.000
Atau,
Harga
perolehan mobil A = Nilai buku mobil B – proporsi nilai jual aktiva
=
900.000.000 – 150.000.000
=
750.000.000
Proporsi
yang dijual = (200.000.000/1.200.000.000) x 900.000.000 = 150.000.000
Jurnal:
Mobil A 750.000.000
Akumulasi penyusutan mobil B 250.000.000
Kas 200.000.000
Mobil
B 1.150.000.000
Keuntungan
yang diakui 50.000.000
PENGELUARAN
Pengeluaran
Modal (Capital Expenditure)
Ciri-ciri:
1.
Menambah umur ekonomis
2.
Biaya yang dikeluarkan berskala besar
3.
Tidak sering dilakukan
4.
Menambah nilai aktiva
Misalkan,
pada awal tahun 2000 dibeli mesin dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dengan
umur ekonomis 10 tahun, nilai residu Rp 10.000.000 dan metode penyusutan garis
lurus. Pada tanggal 1 Juli 2007, mesin tersebut diperbaiki dengan biaya Rp
27.500.000 dan ditaksir menambah umur ekonomis 1,5 tahun.
Jurnal
pembelian:
Mesin 100.000.000
Kas 100.000.000
Perhitungan
penyusutan per tahun (metode garis lurus):
Penyusutan
per tahun = (100.000.000-10.000.000)/10 = 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun I:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun II:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun III:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun IV:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun V:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun VI:
Beban penyusutan
mesin 9.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Nilai buku
mesin sebelum diperbaiki = 100.000.000 – (7,5 x 9.000.000.000) = 32.500.000
Jurnal untuk
mencatat pengeluaran biaya perbaikan:
Akumulasi
penyusutan mesin 27.500.000
Kas 27.500.000
Perhitungan penyusutan mulai dari akhir
tahun 2007
Beban
penyusutan = (Nilai buku aktiva + nilai perbaikan – nilai residu) / (sisa umur
ekonomis + penambahan umur ekonomis)
=
(32.500.000 + 27.500.000 – 10.000.000) / (2,5 + 1,5)
= 12.500.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun ke VII:
Beban penyusutan
mesin 6.250.000
Akumulasi penyusutan mesin 6.250.000
Jurnal untuk
penyusutan tahun ke VIII:
Beban penyusutan
mesin 12.500.000
Akumulasi penyusutan mesin 12.500.000
Pengeluaran
pendapatan
Ciri-ciri:
1.
Biaya skala kecil
2.
Tidak menambah umur ekonomis dan nilai aktiva
3.
Sering terjadi
Contoh:
Dikeluarkan
biaya servis untuk memelihara mesin Rp. 100.000.
Jurnal:
Biaya servis 100.000
Kas 100.000
DEPRESIASI
Depresiasi
adalah suatu tahap pengalokasian daripada harga perolehan aktiva tetap menjadi
beban setiap waktu selama umur ekonomis aktiva tersebut sehingga depresiasi
tersebut akan mengakibatkan berkurangnya nilai aktiva tersebut hingga akhir
masa manfaat aktiva tersebut.
Metode yang
digunakan dalam penyusutan adalah:
1.
Metode aktivitas (produksi, jam pemakaian)
2.
Metode garis lurus
3.
Metode beban menurun (angka tahun, saldo
menurun)
4.
Metode khusus
Metode
Aktivitas
Metode ini
biasanya digunakan dalam perusahaan pertambangan karena aktiva yang dibeli
sekarang belum langsung digunakan (sehingga penyusutan sama dengan nol)
Dasar untuk
menyusutkan aktiva adalah pemakaian, misalnya jumlah produksi, jam pemakaian.
(a)
Berdasarkan hasil produksi
Contoh:
Harga
perolehan mesin A adalah Rp. 100.000.000 dengan nilai residu 0. Taksiran unit
yang dihasilkan dari mesin ini adalah 1 juta unit. Pada tahun pertama, mesin
ini menghasilkan 100.000 unit dan pada tahun ke 2, mesin ini menghasilkan
250.000 unit.
Perhitungan beban penyusutan
Beban
penyusutan per unit = (harga perolehan – nilai residu) / taksiran unit produk
yang dapat dihasilkan
Beban
penyusutan per unit = (100.000.000 – 0) /1.000.000.000 = 100
Perhitungan beban penyusutan tahun pertama
Beban
penyusutan tahun pertama = 100.000 x 100 = 10.000.000
Jurnal penyusutan tahun pertama
Beban penyusutan mesin A 10.000.000
Akumulasi
penyusutan mesin A 10.000.000
(b)
Berdasarkan jam pemakaian
Contoh:
Harga
perolehan mesin B adlaah Rp 100.000.000 dengan nilai residu 0. Taksiran
pemakaian mesin B tersebut adalah 1.000.000 jam. Pada tahun pertama, mesin B
digunakan selama 100.000 jam.
Perhitungan beban penyusutan
Beban
penyusutan per jam = (harga perolehan – nilai residu) / taksiran jam pemakaian
Beban
penyusutan per jam = (100.000.000 – 0)/1.000.000 = 100
Perhitungan beban penyusutan tahun pertama
Beban
penyusutan tahun pertama = 100.000 x 100 = 10.000.000
Jurnal penyusutan tahun pertama
Beban penyusutan mesin B 10.000.000
Akumulasi
penyusutan mesin B 10.000.000
Metode Garis
Lurus
Dasar
penyusutan metode garis lurus adalah umur ekonomis dan nilai penyusutan yang
sama setiap tahun. Walaupun tidak ada penggunaan aktiva tersebut pada tahun
tertentu, mesin tetap didepresiasi.
Misalkan:
Harga
perolehan mesin GL Rp. 100.000.000 dengan umur ekonomis 4 tahun.
Maka: %
penyusutan per tahun adalah = (100/4)% = 25%
Beban
penyusutan per tahun = (harga perolehan – nilai residu)/umur ekonomis
Metode Beban
Menurun
Metode beban
menurun dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode angka tahun dan metode saldo
menurun ganda.
(a)
Metode angka tahun
Contoh:
Harga
perolehan mesin AT adalah Rp. 100.000.000 dengan nilai residu Rp 10.000.000 dan
umur ekonomis 4 tahun.
Perhitungan penyusutan mesin AT setiap tahun
Tahun I II III IV
Harga
perolehan 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Nilai
residu 10.000.000. 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Dasar
penyusutan 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000
Umur
ekonomis 4 3 2 1
Persentase 4/10 3/10 2/10 1/10
Beban
penyusutan 36.000.000 27.000.000 18.000.000 9.000.000
Akumulasi
penyusutan 36.000.000 63.000.000 81.000.000 90.000.000
Nilai
buku 64.000.000 37.000.000 19.000.000 10.000.000
(b)
Metode saldo menurun ganda
Dasar
menentukan persentase penyusutan adalah besumber dari 2 x metode garis lurus
Contoh:
Harga
perolehan mesin G adalah Rp. 100.000.000 dengan nilai residu Rp. 10.000.000 dan
umur ekonomis 4 tahun.
Perhitungan penyusutan mesin G setiap tahun
Tahun I II III IV
Nilai
buku awal 100.000.000 50.000.000 25.000.000 12.500.000
Persentase
penyusutan 2 x 25% = 50% 50% 50% *
Beban
penyusutan 50.000.000 25.000.000 12.500.000 *2.500.000
Akumulasi
penyusutan 50.000.000 75.000.000 87.500.000 90.000.000
Nilai
buku 50.000.000 25.000.000 12.500.000 10.000.000
DEPLESI
Deplesi
adalah penyusutan untuk kekayaan sumber daya alam
Deplesi menggunakan
metode aktivitas.
Sebelum
disusutkan, sumber daya alam dieksploitasi terlebih dahulu
Cara menilai
harga perolehan sumber daya alam, yaitu:
1.
Full costing concept
2.
Successful effort cost concept
Contoh:
PT X membeli
lahan 10 hektar dengan biaya Rp. 1.000.000.000
Pada lahan
tersebut, diperkirakan terdapat 5 titik sumber daya alam
Titik 1, Rp. 20.000.000, tidak berhasil
Titik 2, Rp. 50.000.000, berhasil
Titik 3, Rp. 20.000.000, tidak berhasil
Titik 4, Rp. 40.000.000, tidak berhasil
Titik 5, Rp. 30.000.000, tidak berhasil
Menurut full costing concept:
Harga perolehan = 1.000.000.000 + 20.000.000 + 50.000.000 + 20.000.000
+ 30.000.000
= 1.160.000.000
Menurut successful effort cost
concept:
Harga perolehan = 1.000.000.000 + 50.000.000 = 1.050.000.000
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perhitungan deplesi
untuk kekayaan alam adalah sebagai berikut:
1.
Harga perolehan (harga beli, biaya eksploitasi,
biaya pengembangan)
2.
Taksiran kekayaan alam
3.
Nilai residu
Contoh:
PT A membeli sebidang tanah pada awal tahun 2000 untuk lokasi tambang
minyak di mana harga beli Rp. 100.000.000 dan kemudian PT A juga mengeluarkan
biaya pengembangan saat pembelian untuk pembuatan pipa saluran minyak sebesar
Rp. 20.000.000 dan pada waktu yang sama juga dibeli truk sebesar Rp. 50.000.000
dengan nilai residu Rp. 5.000.000, umur ekonomis 5 tahun (metode penyusutan
garis lurus). Hasil tambang diperkiran 1 juta barel dengan nilai residu tambang
Rp. 10.000.000. Kemudian, pada tahun 2000 belum ada aktivitas penambangan. Pada
tahun 2001 berhasil ditambang sebanyak 350.000 barel dan pada tahun 2002
berhasil ditambang 200.000 barel. Pada awal tahun 2003 diperoleh temuan bahwa
hasil tambang yang masih ada sebanyak 800.000 barel sehingga perusahaan
menambah pembuatan pipa dengan biaya Rp. 20.000.000. Pada awal tahun 2004, truk
mengalami kerusakan berat, ada komponen mesin yang diganti sehingga dana yang
dikeluarkan Rp. 15.000.000 dan diperkirakan akan menambah umur ekonomis 1
tahun. Selama tahun 2003, berhasil ditambang sebanyak 250.000 barel dan tahun
2004 ditambang 300.000 barel.
Maka:
Perhitungan harga perolehan
Harga perolehan = harga beli tanah (area tambang) + biaya pengembangan
= 100.000.000 + 20.000.000
= 120.000.000
Perhitungan deplesi per
aktivitas
Deplesi = (120.000.000 – 10.000.000)/1.000.0000 = 110/barel
Jurnal tahun pertama: No Entry
Jurnal tahun kedua (2001):
Beban
deplesi 38.500.000
(350.000 barel x 110/barel)
Akumulasi deplesi 38.500.000
Jurnal tahun ketiga (2002):
Beban
deplesi 22.200.000
(200.000 barel x 110/barel)
Akumulasi deplesi 22.200.000
Perhitungan deplesi tahun
2003
Nilai buku tambang akhir tahun 2002 (sebelum pengembangan)
= 120.000.000 – 38.500.000 – 22.200.000 = 59.500.000
Nilai buku setelah pengembangan = 59.500.000 + 20.000.000 =
79.500.000
Deplesi per aktivitas (setelah pengembangan) =
79.500.000/800.000 barel = 86,875 ≈
87/barel
Jurnal penyusutan tahun 2003:
Biaya
deplesi 21.750.000
(250.000 barel x 87/barel)
Akumulasi deplesi 21.750.000
Metode Penyusutan Khusus
Metode penyusutan khusus terdiri dari metode kelompok dan metode
komposit. Pada metode kelompok umumnya jenis aktiva homogen dan umur ekonomis
sama sedangkan pada metode komposit, jenis aktiva heterogen dan umur
ekonomisnya berbeda
(a)
Metode kelompok
Contoh:
Mesin A, harga perolehan Rp. 10.000.000, umur ekonomis 10
tahun
Mesin B, harga perolehan Rp. 20.000.000, umur ekonomis 10
tahun
Mesin C, harga perolehan Rp. 30.000.000, umur ekonomis 10
tahun
Maka,
Jenis Harga
perolehan Umur ekonomis B.penyusutan
Mesin A 10.000.000 10 1.000.000
Mesin B 20.000.000 10 2.000.000
Mesin C 30.000.000 10 3.000.000
Total 60.000.000 6.000.000
Tarif penyusutan berdasarkan kelompok = total biaya
penyusutan / total harga penyusutan
= 6.000.000/60.000.000
= 0,1
(b)
Metode gabungan/komposit
Contoh:
PT A menyusutkan aktiva tetapnya yang digunakan dalam
operasi perusahaan tersebut dengan metode komposit, di mana data disajikan
sebagai berikut:
Jenis aktiva Harga
perolehan Nilai residu Umur ekonomis
X 2.900.000 500.000 3 tahun
Y 880.000 80.000 4 tahun
Z 700.000 100.000 5 tahun
Maka,
Aktiva HP NR UE Dasar penyusutan B.penyusutan
X 2.900.000 500.000 3 tahun 2.400.000 600.000
Y 880.000 80.000 4
tahun 800.000 200.000
Z 700.000 100.000 5
tahun 600.000 120.000
Total 4.480.000 680.000 3.800.000 1.120.000
Tarif penyusutan = total biaya penyusutan / harga perolehan
= 1.120.000 / 4.480.000
= 25%/tahun
Umur ekonomis = (total biaya perolehan – total nilai residu)
/ total biaya penyusutan
= (4.480.000 – 680.000) / 1.120.000
= 3,4 tahun
Penghentian dan pelepasan (Disposal)
Alasan suatu aktiva tetap dihentikan atau dilepaskan adalah
karena rusak atau sudah ketinggalan zaman.
Ada 2 jenis penghentian aktiva tetap
1.
Penghentian secara permanen (tidak dijual)
Dalam hal ini,
kerugian diakui
Kerugian yang
diakui = nilai buku aktiva
Contoh:
Pada tahun
2005, mesin X dibeli dengan harga perolehan Rp.100.000.000, nilai residu Rp.
10.000.000, umur ekonomis 5 tahun, dan dihentikan pada tanggal 1 Juli 2008
(metode penyusutan garis lurus).
Biaya penyusutan
= (100.000.000-10.000.000)/5 = 18.000.000
Nilai buku =
100.000.000 – 3,5 (18.000.000) = 37.000.000
Jurnal:
Kerugian disposal 37.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 63.000.000
Mesin 100.000.000
2.
Dihentikan dan langsung dijual
Laba diakui
jika nilai buku lebih kecil dari harga penjualan
Contoh:
Pada contoh 1
sebelumnya, mesin X dihentikan dan dijual dengan harga Rp. 38.500.000.
Jurnal:
Kas 38.500.000
Akumulasi penyusutan mesin 63.000.000
Mesin 100.000.000
Keuntungan
penghentian aktiva 1.500.000
Langganan:
Postingan (Atom)